YAKUSA

Yakin Usaha Sampai

FoLLoweR

serba-serbi

Senin, 26 Mei 2008

“Kembalikan “Kali Surabaya”-ku Seperti Dulu”

Banyak sungai terdapat di Indonesia yang memiliki manfaat dalam segala hal yang membantu kehidupan sehari-hari manusia maupun makhluk lainnya, seperti binatang dan tumbuhan. Boleh dikatakan sungai sebagai tempat sumber kehidupan dan pusat kegiatan manusia. Karena sungai terdiri dari air dimana tidak akan pernah habis, dimana selalu terjadi perputaran pembaharuan air secara alami sesuai dengan hukum alam, biasa disebut dengan siklus hidrologi.

Sesuai perkembangan zaman dalam segala bidang seperti sosial, budaya, ilmu pengetahuan, ekonomi, politik, bahkan teknologi yang semakin canggih, serta pertambahan jumlah penduduk di dunia ini yang semakin memadati bumi, tentu semua mengalami suatu perubahan, bisa juga mengalami evolusi dan revolusi, dimana masing-masing memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain yang dapat mempengaruhi satu sama lain. Begitu juga dengan sungai, dengan perubahan zaman tersebut, sungai juga mengalami suatu perubahan, bahkan perubahan yang lebih buruk. Sungai menjadi rawan tercemar yang diakibatkan oleh aktivitas manusia yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan, manusia sibuk dengan urusan pribadi tanpa mempedulikan keadaan lingkungan. Kerusakan lingkungan semakin parah dengan menjamurnya perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang produksi tanpa memperhatikan resiko dalam proses pembuatan, dengan prinsip bahwa dengan modal yang sedikit akan memperoleh laba sebesar-besarnya sangat diterapkan dalam jiwa para pebisnis saat ini, sehingga terjadi suatu ketimpangan sosial dan lingkungan. Ditambah lagi dengan pemerintah begitu mudahnya memberi ijin usaha pada para kapital tanpa memeriksa seluk beluk proses pembuatan produk dengan benar dan ramah lingkungan.

Kemudian kesadaran masyarakat semakin berkurang terhadap kepedulian dalam menjaga lingkungan terutama pada kualitas air, karena paradigma masyarakat bahwa telah ada badan-badan tertentu yang mengurusi lingkungan. Keadaan seperti saat ini sangat riskan, bagaimana kehidupan anak cucu kita kelak apabila masyarakat yang hidup saat ini kurang menyadari betapa pentingnya menjaga lingkungan terutama kualitas air dimana air adalah sumber kehidupan. Walaupun air tidak akan pernah habis, tetapi apabila masyarakat tidak dapat menjaga kualitas air sebagaimana seharusnya, maka kualitas air kelak tidak akan sebaik seperti dulu lagi. Bahkan tingkat kualitas airnya kini diragukan.
Keadaan itu terjadi juga pada Kali Surabaya. Kali Surabaya mengalir sepanjang 41 kilometer daerah Mlirip di Mojokerto hingga daerah Jagir di Surabaya. Kali Surabaya mengalir di dataran rendah bisa disebut sebagai muara sungai dimana air sungainya telah terkontaminasi zat-zat pencemar yang berasal dari kegiatan manusia dan endapan lumpur yang semakin menebal, maka kualitas air Kali Surabaya mudah memburuk. Apalagi perbatasan Kali Surabaya yang melewati daerah Jagir yang akhirnya membelah menjadi dua anak sungai yaitu Kali Wonokromo dan Kali Mas, bagian sungai yang melewati daerah Jagir tersebut kualitas air sungainya semakin memburuk.
Oleh karena itu, penulis menyusun reportase ini dengan tujuan mengungkap fakta yang terjadi pada Kali Surabaya sekarang, perubahan-perubahan Kali Surabaya sesuai bergulirnya waktu, sebagai warga kota Surabaya turut peduli terhadap keadaan Kali Surabaya, berusaha berperan serta dengan mengeluarkan ide-ide yang dimiliki penulis mungkin dengan ide tersebut apabila cocok bisa direalisasikan sebagai bentuk kepedulian terhadap Kali Surabaya. Selain itu, penulis turut serta dalam “Kompetisi Reportase Kali Surabaya” yang diadakan oleh ECOTON, melalui kompetisi ini harapan penulis dapat mengasah kemampuan dalam bidang jurnalistik dan lingkungan, sehingga dengan mengetahui keadaan sebenarnya Kali Surabaya penulis dapat mengendalikan sikap untuk lebih menghargai dan menjaga lingkungan. Setelah itu penulis dapat menularkan pengetahuan penulis kepada keluarga, relasi, atau orang lain.
Dalam reportase ini, penulis menggunakan metode observasi yaitu dengan cara melakukan pengamatan di sepanjang Kali Surabaya daerah Jagir tepatnya di bawah jembatan Wonokromo terus menyusuri ke perkampungan bantaran sungai. Sesekali penulis mengambil gambar aktivitas warga setempat dan sampah-sampah yang ada di pinggir sungai. Untuk menambah informasi dan memperkuat data, penulis mencari data kepada Badan Pengendalian Lingkungan Hidup di Dinas Lingkungan Hidup kota Surabaya, Perusahaan Daerah Air Minum kota Surabaya. Penulis menyempatkan diri untuk mewawancarai bapak Teguh selaku Staf BPLH kota Surabaya. Lalu penulis mencari data di internet, tepatnya di situs milik PDAM yaitu www.pdam-sby.go.id dan menambah pengetahuan melalui buku-buku yang berkaitan dengan lingkungan hidup terutama kualitas air, bahkan Peraturan Daerah Kota Surabaya nomor 02 tahun 2004 mengenai Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Kali Surabaya nasibmu kini tak seperti dulu, bagai pesakitan yang pasrah kepada perubahan zaman yang semakin kejam karena ulah manusia yang hanya peduli dengan kepentingan pribadi dan mengejar keuntungan semata, engkau hanya bisa menangis dalam kebisuan. Segelintir kalimat itulah yang cocok diungkapkan sekarang ketika mengetahui bahwa Kali Surabaya terlantar seperti anak kehilangan bundanya. Orang-orang yang tinggal di bantaran sungai, maupun yang tinggal jauh dari Kali tersebut dan orang- orang berlalu lalang setiap hari melewati Kali Surabaya sepertinya tak peduli dengan keadaan Kali Surabaya, menolehpun tidak hanya sebagian yan menoleh, itupun mungkin tak terbersit oleh mereka untuk ikut memikirkan nasib Kali Surabaya, mungkin juga pikiran mereka berada di dunia masalah mereka sendiri. Mereka sibuk dengan aktivitas masing-masing demi melangsungkan kehidupan, walaupun sadar tak sadar aktivitas mereka juga mempengaruhi kelestarian Kali Surabaya, terutama kualitas air sungai.
Sebenarnya air di alam dangat jarang ditemukan dalam keadaan murni. Sekalipun air hujan, meskipun awalnya murni, telah mengalami reaksi dengan gas-gas di udara dalam perjalanannya turun ke bumi dan selanjutnya terkontaminasi selama mengalir di atas permukaan bumi dan dalam tanah. Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, mulai dari air untuk memenuhi kebutuhan langsung yaitu air minum, mandi dan cuci, air irigasi atau pertanian, peternakan, perikanan, perikanan, rekreasi dan transportasi. Kualitas air mencakup tiga karakteristik, yaitu fisik, kimia, dan biologi.
Dalam karakteristik fisik yang terpenting yang mempengaruhi kualitas air ditentukan oleh (1) bahan padat keseluruhan, yang terapung maupun yang terlarut, (2) kekeruhan, air yang mengandung material kasat mata dalam larutan disebut keruh, kekeruhan dalam air terdiri dari lempung, liat, dan bahan organik, dan mikroorganisme, kekeruhan terutama disebabkan oleh terjadinya erosinya tanah di daerah aliran sungai (DAS) maupun di saluran atau sungai, air sungai biasanya lebih keruh pada saat terjadi hujan lebat dibandingkan pada kondisi normal,(3) warna, air murni tidak berwarna, warna dalam air diakibatkan oleh adanya material yang larut atau koloid dalam suspensi atau mineral , (4) bau dan rasa, air murni tidak berbau dan berasa, tetapi air minum idealnya tidak berbau boleh berasa, rasa dalam air biasanya akibat adanya garam-garam terlarut, dan (5) temperature (suhu) air, temperature air merupakan hal yang terpenting dalam kaitannya dengan tujuan penggunaan, pengolahan untuk menghilangkan bahan-bahan pencemar serta pengangkutannya, temperature air tergantung sumbernya, temperature normal air di alam (tropis) sekitar 20ºC sampai 30ºC, untuk sistem air bersih, temperature ideal berkisar antara 5ºC-10ºC.
Secara umum karakteristik kimiawi air meliputi pH, alkalinitas, kation dan anion terlarut, dan kesadahan.pH sebagai pengukur sifat keasaman dan kebasaan air dinyatakan dengan nilai pH yang dapat diukur dengan poteasiometer. Alkalinitas kebanyakan air bersifat alkaline karena garam-garam alkaline sangat umum berada di tanah.Kesadahan (Hardness) air merupakan hal yang sangat penting dalam penyediaan air bersih. Air dengan kesadahan tinggi memerlukan sabun lebih banyak sebelum terbentuk busa.
Karakteristik biologi air, air permukaan biasanya mengandung berbagai organisme hidup, sedangkan air tanah biasanya lebih bersih, karena proses penyaringan oleh akifer. Jenis-jenis organisme hidup yang mungkin terdapat dalam air meliputi macrokopik, mikroskopik, dan bakteri.
Banyak faktor yang berpengaruh pada memburuknya kualitas air sungai. Secara umum ada tiga kegiatan utama manusia yang menjadi sumber penurunan kualitas air sungai diantaranya kegiatan rumah tangga (domestik) yaitu sampah, pengotoran E.coli atau faekalis atau Amonia, Industri yaitu bahan-bahan anorganik dan logam berat, zat-zat warna dan bahan-bahan organik, pertanian. Sumber domestik terdiri dari air limbah yang berasal dari perumahan dan pusat perdagangan maupun perkantoran, hotel, rumah sakit, tempat rekreasi, dan lain-lain. Limbah jenis ini sangat mempengaruhi tingkat kekeruhan, BOD (Biological oxygen demand) yaitu beban organik yang dapat terlarut selama jangka waktu tertent misalnya lima hari, COD (Chemical Oxygen Demand) yaitu beban yang terlarut dimana diukur secara kimiawi, dan kandungan sistem pasokan air. Air limbah industri, sifat-sifat air limbah industri relatif bervariasi tergantung dari sumbernya. Limbah jenis ini bukan saja mempengaruhi tingkat kekeruhan, BOD, COD, maupun kandungan organiknya, tetapi juga mengubah struktur kimia air akibat masuknya zat-zat anorganik yang mencemari. Ini sependapat dengan Drs. Sunarno. Menurut Drs. Sunarno dalam artikelnya dengan tema Kualitas Air Kali Surabaya dan judul Trend Kualitas Air Kali Surabaya yang dipublikasikan di www.pdam-sby.go.id pada tanggal 11 Februari 2002 pukul 11.12 WIB mengatakan bahwa pencemaran yang berasal dari industri terdiri dari bahan anorganik dan logam-logam berat. Bahwa di sepanjang Klai Surabaya terdapat ± 26 industri dan ada juga industri-industri yang letaknya di luar wilayah kota Surabaya tetapi dalam hal buangan limbahnya lewat Kali Tengah (± 34 industri) dibuang ke Kali Surabaya yang merupakan air baku minum PDAM Kota Surabaya. Jenis-jenis pencemar industri dapat dimonitor atau dipantau karena cirri-ciri khas dari buangan limbah industri tersebut antara lain zat-zat anorganik meliputi fosfat, sulfat, klorida, amonia, sulfida, nitrit, pH, kesadahan dan logam-logam berat antara lain tembaga(Cu), Chrome(Cr), walaupun kadarnya biasanya cukup aman sebagai air baku, namun sering pula kadarnya cukup tinggi. Zat warna di sepanjang Kali Surabaya terdapat industri-industri yang air buangannya mengandung zat warna dengan aneka ragam jenis dan susunan kimiawinya. Dan bahan organic bahwa senyawa organic pada air Kali Surabaya berfluktuasi atau berubah-ubah, khususnya pada musim kemarau senyawa organic meningkat sekali. Limbah cair domestic dan tinja, kebanyakan di kota-kota besar limbah tersebut dominan mempengaruhi kualitas air sungai, karena jumlah penduduknya yang padat bahkan pendatang dari kota lain yang berkunjung di kota ini. Nah, saat ini pencemaran dari rumah tangga (domestik) seperti pencemar faekalis dan detergent juga mempengaruhi kualitas air Kali Surabaya, begitu menurut Drs. Sunarno. Masih dalam artikel yang sama Drs. Sunarno menjelaskan bahwa air Kali Surabaya sampai saat ini masih mendapat pengotoran faekalis secara langsung dari rumah tangga, hal ini dapat ditunjukkan dari pengamatan E. coli yang terdapat pada persatuan volume air baku dan kadar Amonia yang terdapat pada air baku telah melampaui batas yang dipersyaratkan (SK-Gubernur No. 413/1987). Lalu semakin meluasnya pemakaian syntetic detergent membawa akibat adanya kandungan detergent pada air Kali Surabaya. Air limbah pertanian dimana berasal dari sediment akibat erosi lahan, unsur kimia limbah hewan atau pupuk (umumnya fosfor dan nitrogen), dan unsur kimia dan pestisida. Unsur pencemar ini meliputi baik sediment dari erosi lahan tanaman perkebunan maupun larutan fosfor dan nitrogen yang dihasilkan oleh limbah hewani serta pupuk. Walaupun di kota Surabaya jarang ada lahan pertanian, tetapi dapat ikut aliran Kali Surabaya yang berasal dari daerah lain yang dilalui Kali Surabaya.
Sesuai keterangan di atas telah menggambarkan kondisi Kali Surabaya yang kualitas air sungainya tidak sebaik dulu. Menurut Bapak Teguh, Staf BPLH Kota Surabaya bahwa kualitas air Kali Surabaya saat ini belum memenuhi standar baku mutu yang ditentukan oleh pemerintah pusat yaitu untuk standar DO (Dissolved Oxygen) dimana oksigen yang terlarut yaitu 6mg/liter, standar BOD yaitu 2mg/liter, standar COD yaitu 10mg/liter, standar TSS (ada yang terlarut, ada yang tidak terlarut) yaitu 50mg/liter, standar deterjen yaitu 200mg/liter, standar Zn (Seng) yaitu 0.05mg/liter. Dari hasil analisa uji laboratorium pemantauan kualitas air Kali Surabaya yang dilakukan oleh Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) kota Surabaya bulan Februari – Desember tahun 2006 di empat lokasi titik pantau diantaranya Badan air Kali Surabaya, air limbah TPA, air PDAM, dan air sumur, disimpulkan bahwa : (a.) kadar BOD, COD, dan TSS tidak memenuhi batas syarat mutu air kelas I, (b.) tidak ditemukan kadar logam berat jenis : Pb, Hg, dan Cd, tetapi masih ditemukan kadar Zn meskipun masih di bawah nilai ambang batas, (c.) pengukuran pH normal, (d.) kadar deterjen pada 2 lokasi titik pantau masih di atas ambang batas kelas I.





Tidak ada komentar: